Rabu, 27 Juli 2016

Absolutely Mudik Perdana ke Padang via Darat 2016.....!!!!

MUDIK - Bagi masyarakat Indonesia kata Mudik adalah kata yang sangat sakral dan melekat erat dalam kehidupan mereka, bahkan menjadi sebuah Tradisi setiap tahun khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri/Lebaran demi menjaga tali silaturahim dengan keluarga dan handai taulan, terutama bagi para perantau yang jauh dari kampung halaman, itu adalah moment yang sangat dinanti. Pun bagi keluarga kecil saya, karena istri adalah Urang Awak yang terlahir di Kota Padang, Indarung lebih tepatnya. Sedangkan saya sendiri murni keturunan Jawa yang besar di Cisalak, Depok. (sekarang tinggal di Tambun, Bekasi).


Alhamdulillah, tahun ini kami diberikan kesempatan untuk bisa mudik ke kampung halaman istri walaupun dengan segala keterbatasan, dan melalui darat. Itu tidak terlepas dari peran Om Sonny Irawan yang punya kisah menarik nan menantang tentang Mudik ke Padang via darat menembus Lintas Tengah Sumatera tahun sebelumnya dengan single driver, dan memasukkan saya di group Kaskus Road To Sumatera 2016. Itulah awal mula Mudik kami ke Padang via darat, pun dengan single driver (yang lain penumpang), karena hanya kami berlima saja didalam mobil, setelah sebelumnya kami persiapkan segala sesuatunya dengan baik (walaupun masih kurang matang... heheheh). Setelah Kopdar di TMII, kami dapat atribut plus stiker no 43 yang langsung kami pasang di kaca mobil.
Tepat tgl 1 July 2016, kami berangkat dari rumah di Tambun, Bekasi jam 10 pagi setelah pamitan dengan para tetangga komplek untuk menuju Cisalak, Depok dengan tujuan pamitan kepada orang tua kandung saya seraya mohon doa restu agar Mudik kami di lancarkan. Jam 14:30 kami berempat (saya, istri, Donny/anak pertama & Rendra/anak kedua) pun berangkat dari Cisalak lewat tol Cijago-Jagorawi-Dalam Kota-Tangerang dengan lancar tanpa macet, hanya sedikit padat di GT Karang Tengah. Kami keluar di GT Balaraja Timur untuk jemput salah satu nenek istri saya di Talaga Bestari (jadi lengkap berlima), lalu kami pun masuk tol kembali menuju Tikum 1 di Rest Area 43 untuk beli e-ticket asdp, dan kami pun tiba tepat jam 16:00, parkir di sebelah mobil LCGC warna gold (Om Arsyaff), dan langsung ke loket e-ticket. Di depan loket saya ketemu sesama group, tapi saya lupa namanya (No.46 kalo ngga salah).
Setelah fix dapat tiket, Om Arsyaff ajak saya dan Om Arief (ngga pernah ketemu) untuk langsung jalan ke Merak, karena kuatir macet parah. Pas bada maghrib kami tiba di Merak, langsung ke Dermaga 1 (di belakang Om Arsyaff). Nunggu sbntar lansung masuk kapal kira2 jam 19:30, di lambung kapal mobil kami tidak bisa buka pintu (saking rapatnya), terpaksa 2jam lebih stay di dalam mobil. Sekitar jam 22:00, pertama kalinya mobil kami injak Tanah Sumatera di Bakauheni, Lampung dan langsung meluncur ke rumah makan Siang Malam untuk menunggu Om Chandra, Om Rinaldi dan 1 lagi saya lupa namanya (cuma inget Avanza Hitam).
Sekitar tengah malam, konvoy 5 mobil pun meluncur ke Tikum 2, RM. Taruko, Kotabumi. Kondisi jalan lancer, namun ramai. Di sebuah pertigaan, Om Rinaldi memisahkan diri (via timur), kami ber4 pun lanjut konvoy. Tepat jam 03:30( kl ngga salah) kami tiba di Taruko, dan ambil posisi masing2.
Disini saya ketemu Om Yoyo, Om Djayo, Om Achill & Om Hendrus. (Dua nama terakhir itulah para sembalapnya... hehehehhh...). Sempet ngobrol sebentar dengan para sembalap, jam 5 pagi saya, Om Chandra dan kerabatnya lanjut jalan untuk menuju Baturaja, dan minta saya ikutin laju Om Achill (sebelumnya Om Yoyo & Om Arsyaff pergi duluan), eh... saya ngga sanggup nempel Om Achill karena saking kenceng nya itu si ERTI, pun dengan Pajero Putih Om Hendruss luar biasa lajunya, Lio saya pun nyerah dan pilih minggir dulu nungguin Om Chandra. Setelah ketemu kami pun konvoy kembali menembus tebalnya kabut Kotabumi di pagi hari, sampai akhirnya di sebuah SPBU dengan parkiran luas kami semua bertemu kembali. Saya putuskan untuk isi full tank bensin biru. Sekitar jam 9an satu persatu mobil lanjut perjalanan menuju Baturaja, dan saat itu saya nempel terus dengan Om Arsyaff & Om Yoyo. Tapi saya sering tertinggal jauh di belakang karena si Lio CVT ini susah nyalip, sampe akhirnya bener2 jauh ketinggalan, dan hanya mengandalkan GPS HP dan Plang. Sampe akhirnya ketemu di sebuah Masjid pas bada Dhzur, dan skalian istrirahat sejenak. Kami pun lanjut jalan, lagi2 sang Datgo Gold itu pun melaju dengan kencangnya, praktis hanya saya dan Om Yoyo konvoy, pun sama, saya sering ketinggalan. Paniknya saat menjelang sore, ketemu pertigaan dan ada Plang kiri itu Lahat, Lurus itu Palembang.


Berhenti dan diam sejenak karena GPS ngga ada sinyal, ingat bahasan di group akhirnya saya pun belok kiri ke Lahat, tancap gas terus dan Alhamdulillah feeling saya pun benar, ketemu Om Yoyo. Kami pun lanjut beriringan menembus parahnya jalan Lahat. Sekitar jam 5 sore tiba di Tebing Tinggi, masih lanjut ke Lubuklinggau nonstop, dan sempet bingung karena pengalihan arus, Om Yoyo pun diskusi singkat untuk tetap lanjut walau sedikit bingung arah, hanya mengandalkan Plang menembus daerah hutan sepi (sempet merinding pas ketinggalan lagi di tengah hutan) tapi bismillah aja, tancap gas sampe ketemu lagi Om Yoyo dan lanjut tujuan Linggau. Berhentilah kami di sebuah RM. Bungo Tanjuang (jalan alternative Linggau), dan putuskan untuk menginap disitu.
Tepat jam 5pagi esok harinya, kami pun lanjut konvoy 2 mobil, dan kondisi jalan pun sudah bagus dan lurus menarik hati untuk tancap gas sedalam mungkin, di sebuah turunan panjang tembus 120kpj dengan kondisi mobil penuh bagasi belakang (agak ngangkat), dag dig dug rasanya... tapi cuma beberapa detik saja sensasi itu, selebihnya hanya main gas dan rem saja dengan kecepatan sedang mengikuti laju Om Yoyo, menembus Sorolangun, Bangko, Muaro Bungo.
Begitu masuk SumBar (lihat plang kotobaru), perasaan lega saya rasakan karena di benak sudah sejengkal lagi sampai Padang. Persis bada Dhuzur, tibalah di RM Umega, Gunung Padang dan parkirlah saya dan Om Yoyo, hanya saja Om Yoyo putuskan untuk lanjut ke Solok sementara saya coba istirahat sebentar, dan di situlah saya ketemu Om Werry (Nissan GL). Saat bersamaan itu pula saya coba WA ke Om Arsyaff untuk info kal saya sudah sampai di Umega, ternyata Om Arsyaff sudah tiba di Bandar Buat, Padang. Itu memacu semangat saya untuk segera tiba di Indarung.
Dan praktis saya pun lanjut sendirian dari Umega (Om Werry istirahat), lagi2 feeling saya benar2 saya maksimalkan karena sudah ngga percaya GPS lagi (sering hilang-timbul), hanya mengikuti plang (arahan dari Om Yoyo juga... heheheh) karena memang tinggal ikutin jalan itu saja, hal yang sama pun di sampaikan oleh Om Arysaff. Benar saja, mengandalkan Plang jalan saya pun tiba di Solok jam 4 sore, sedikit macet di pertigaan Pasar, lalu tiba di sebuah pertigaan ada Plang kalo kiri Padang, kanan Bukittinggi (masih inget pas mudik 2007 naik Lorena liat Plang ini), jadi langsung belok kiri.
Dari situ saya hanya laju santai saja karena sudah campur aduk perasaan di benak antara percaya dan tidak percaya sudah sampai sejauh ini mengemudi dari Jawa ke Sumatera di tambah badan yang sudah pegal. Tapi hilang begitu saja ketika lewat daerah Sitinjau Laut yang eksotis karena pemandangan plus kondisi jalan yang berliku tajam. Semakin semangat untuk segera tiba di rumah sang mertua (sudah menunggu kedatangan kami sekeluarga).
Tepat jam 5 sore, matahari pun masih terang kami sekeluarga tiba di tujuan, Indarung. Bahagia pun menyelimuti kami semua, khususnya saya pribadi yang benar kejadian pertama kali mengemudi Lintas Tengah Sumatera yang terkenal. Disaat semua prosesi haru selesai, saya hanya bias duduk di lantai teras rumah seraya berpikir tidak percaya saya sudah tiba di Padang....
Alhamdulillaahhh.........


Nah.... itulah sekilas cerita perjalanan Mudik ke Padang saya dan keluarga, mohon maaf jika photo nya sangat minim karena memang ngga banyak ambil photo.
Terima kasih banyak untuk Om Sonny Irawan atas semua arahan di group.
Terima kasih juga untuk Om Yoyo yang setia menemani, buat Om Arsyaff juga untuk semangatnya, Om Achill dan Om Hendruss untuk sharing pengalamannya....


Insya Allah akan saya tuliskan kembali kisah perjalanan balik saya dari Padang ke Bekasi yang ngga kalah serunya.....




13 komentar:

  1. Sayang fotonya dikit om. Navigator yang bertugas foto-foto om. Hehehehee. mantap Om Akhirnya sampe kampung juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheh.... maklum Om Sonny, navigator nya ngasuh balita, jd ngga bnyk ambil photo...
      Next Time pasti lebih banyak....

      Hapus
  2. Mantap om, semoga sensasi ini bisa dilanjutkan dimudik2 selanjutnya.
    Dari pada mudik belasan juta rupiah hanya utk burung besi, tapi ga ada sisi adventurenya
    My Trip My Adventure (iklan acara tv :D)

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah Om Fajar sdh selesai jg nich mudah2an Kita Sama2 lagi jalan road2sumatera memang top !!!

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah Om Fajar sdh selesai jg nich mudah2an Kita Sama2 lagi jalan road2sumatera memang top !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillahhh.......
      Next Time kita konvoy santai lagi yah Om Yoyo...

      Hapus
  5. Insyallah konvoi lg omFajar, seru ceritanya

    BalasHapus
  6. Ditunggu report mudik 2018 nya om, termasuk paling dinanti cerita "gas tipis-tipis"

    BalasHapus